Breaking News rq center

Kamis, 15 Juni 2017

Khatam 30 Juz Lebih Dari Disertasi S3



Zuljalapba.com - Kini usiaku menjelang kepala empat. Jika merujuk kepada umur umat junjungan kita Nabi Muhammad Shallallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka kemungkinan “tinggal” 20 tahunan lagi aku hidup di dunia ini. Namun dengan usia sematang itu, untuk menghitung berapa kali aku khatam Al-Qur`an seumur hidupku ini, rasanya lima jariku tidak habis. Duh…malunya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuniku dan memberiku kesempatan memperbaiki diri.

Semuanya berawal dengan “idealisme” atau tepatnya kesombonganku bahwa aku ingin katham Al-Qur`an sekaligus dengan terjemahannya. Keinginan yang menurutku wajar karena aku tidak bisa berbahasa Arab. Berbagai saran langsung maupun via e-mail yang aku terima tentang bagaimana caranya khatam Al-Qur`an dalam satu tahun kuabaikan, karena umumnya hanya mengutamakan selesai membaca Al-Qur`an tapi memahami artinya menjadi tujuan kedua.

Aku kemudian menciptakan strategi sendiri. Aku mulai dengan membiasakan membawa Al-Qur`an mini ke manapun aku pergi. Aku letakkan Al-Qur`an tersebut di handbagku, dengan asumsi jika ia dekat denganku maka kapanpun aku mau --atau tepatnya in the mood-- aku bisa membacanya segera. Namun nyatanya strategi ini tidak dapat memuaskan keinginanku untuk membaca dan memahami artinya sekaligus, karena Al-Qur`an berukuran mini ini tentunya tidak memungkinkan memuat juga terjemahannya. Belum lagi karena ukurannya mini, maka otomatis aksara Arab yang tertulis juga berukuran mini. Akibatnya mata cepat lelah, ditambah alasan tidak masuk akal lainnya seperti sibuk, malas, dan seterusnya, maka membaca satu ‘ain saja sudah dapat aku anggap “achievement”.

Strategi lain adalah membuat acara rutin tadarus dengan suamiku saat kami tiba di rumah, menjelang tidur malam. Saat itu, sekaligus dalam rangka melatih kemampuan berbahasa Inggris, kami merujuk pada Al-Qur`an dengan terjemahan bahasa asing tersebut. Pikir aku, “Sambil menyelam minum air.” Kami berdua bergantian membaca Al-Qur`an masing-masing sepanjang satu

‘ain lalu bergantian membaca terjemahan bahasa Inggrisnya. Strategi ini ternyata lebih parah, karena tidak membuat aku bertahan dengan keinginan khatam Al-Qur`an. Akhirnya kami berjalan dengan strategi masing-masing. Suamiku lanjut dengan caranya sendiri membaca Al-Qur`an selepas shalat tahajud yang dilakukannya menjelang adzan Subuh. Ini juga kebiasaan yang seringkali membuatku iri, karena di saat ia shalat dan mengaji, aku biasanya masih terlelap di peraduan. “Gak enak mau bangunin, kayaknya tidurnya pules banget, capek ya,” begitu biasanya jawaban suamiku, jika suatu waktu aku minta dibangunkan untuk bisa shalat tahajud berjamaah dengannya.

Pencarian strategi jitu ini akhirnya berakhir saat aku terima e-mail berbahasa Inggris dari seorang teman kantor yang isinya sbb:

Why do we read Quran, even we can't understand Arabic?

An old American Muslim lived on a farm in the mountains of eastern Kentucky with his young grandson. Each morning Grandpa was up early sitting at the kitchen table reading his Qur'an. His grandson wanted to be just like him and tried to imitate him in everyway he could. One day the grandson asked, "Grandpa, I try to read the Qur'an just like you but I don't understand it, and what I do understand I forget as soon as I close the book. What good does reading the Qur'an do?" The Grandfather quietly turned from putting coal in the stove and replied, "Take this coal basket down to the river and bring me back a basket of water." The boy did as he was told, but all the water leaked out before he got back to the house. The grandfather laughed and said, "You'll have to move a little faster next time," and sent him back to the river with the basket to try again. This time the boy ran faster, but again the basket was empty before he returned home. Out of breath, he told his grandfather that it was impossible to carry water in a basket, and he went to get a bucket instead. The old man said, "I don't want a bucket of water; I want a basket of water. You're just not trying hard enough," and he went out the door to watch the boy try again. At this point, the boy knew it was impossible, but he wanted to show this grandfather that even if he ran as fast as he could, the water would leak out before he got back to the house. The boy again dipped the basket into river and ran hard, but when he reached his grandfather the basket was again empty. Out of breath, he said, "See Grandpa, it's useless!"

"So you think it is useless?" The old man said, "Look at the basket." The boy looked at the basket and for the first time realized that the basket was different.



It had been transformed from a dirty old coal-basket and was now clean, inside and out. "Son, that's what happens when you read the Qur'an. You might not understand or remember everything, but when you read it, you will be changed, inside and out. That is the work of Allah (Subhanahu wa Ta’ala) in our lives."


Jadi intinya, memahami isi Al-Qur`an memang memberi nilai plus bagi kita, namun membaca Al-Qur`an “saja” dapat membersihkan diri kita luar dan dalam seperti bersihnya keranjang arang yang diceritakan pada kisah di atas.

Akhirnya, aku berkesimpulan bahwa yang utama adalah niat yang kuat untuk membakar motivasi kita menuju khatam Al-Qur`an. Berbekal bahan bakar ini, aku menyiapkan 2 buah Al-Qur`an, satu aku letakkan di meja kamar dekat tempat tidur di rumah dan yang satu lagi kuletakkan di lemari kantor dekat komputerku. Modal lain adalah ingatan, karena aku selalu paksa diriku mengingat surat ke berapa yang sudah aku baca di rumah dan saat aku akan baca Al-Qur`an di kantor. Dan jangan lupa, pasang target: kapan aku harus khatam? Walaupun target waktu yang aku tetapkan sudah terlewati, namun dengan target kita tahu kita ingin mencapai apa.

Hari ini tanggal 3 September 2009 tepat 13 Ramadhan 1430 H selepas shaat Subuh, aku berhasil menyelesaikan bacaan Al-Qur`an hingga surat Al-Ikhlas, surat terakhir. Aku khatam Al-Qur`an!!! Suamiku tak lupa memberi selamat dan doa. Sungguh, rasanya lebih hebat daripada saat aku ujian promosi S3 awal tahun 2008 lalu.

“Ya Allah, Ya Tuhanku! Rahmatilah aku dengan Al-Qur`an dan jadikanlah Al-Qur`an bagiku sebagai pemimpin, cahaya, petunjuk, dan rahmat.

Ya Allah, Ya Tuhanku! Ingatkanlah aku apa yang aku terlupa dari ayat-ayat Al-Qur`an. Ajarkanlah aku dari Al-Qur`an apa yang belum aku ketahui. Berikanlah aku kemampuan membacanya sepanjang malam dan siang, dan jadikanlah Al - Qur`an itu hujjah bagiku, wahai Tuhan Sekalian Alam.” Amin.

sumber : Buku Kisah Mengharukan Para Penghafal Al-Qur'an, Nor Kandir ST, Pustaka Syabab, halaman 17
Read more ...

PROFIL KEPEGURUSAN OSDA DAYAH RAUDHATUL QUR'AN

Designed By